Jumat, 08 Januari 2010

TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN APUS SPERMATOZOA

Laporan Praktikum Mikroteknik


OLEH:
NAMA : WAHYU KURNIAWAN
NIM : J1C107057
KELOMPOK : 2







UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
BANJARBARU
2009
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tulang adalah bagian dari hewan yang memiliki berbahai fungsi penting bagi tubuh diantaranya adalah memberikan bentuk tubuh, merupakan system gerak pasif, untuk menopang tubuh, melindungi organ penting tubuh dari benturan atau yang sejenisnya, memproduksi sel darah merah, dan masih banyak lagi fungsi penting dari tulang. Hamper semua kegiatan manusia didukung oleh keberaaan tulang karena tulang merupakan alat gerak pasif. Tulang terbagi atas dua jenis yaitu tulang keras (Osteon) dan tulang rawan atau Kartilago (Djukri, 2009).
Tulang (Osteon) bersifat keras oleh karena itu tulang dapat menopang tubuh yang berat sekalipun, kerasnya tulang dikarenakan bahan penyusunnya adalah jaringan ikat padat dan matriks tulang. Matriks tulang adalah bahan-bahan yang mengisi ruang-ruang diantara sel-sel tulang. Matriks tulang keras berupa zat kapur, protein, dan sedikit zat perekat atau yang sering disebut dengan kolagen (Dani, 2009).
Didalam tulang terdapat zat kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan kalium fosfat Ca3¬¬¬¬¬¬¬¬(PO4)2. Dari bahan-bahan tersebut tulang dibentuk dan bersifat keras dan tidak lentur seperti tulang rawan. Kandungan dari tulang pada macam-macam organisme pada dasarnya relatif sama, baik itu struktur maupun lapisan-lapisan yang ada pada tulang keras (Saas, 1958).
Untuk mengetahui struktur dari tulang tersebut tentunya perlu dilakukan preparasi dengan mengacu tahapan-tahapan yang runut, haltersebut tujuannya agar preparat yang akan dibuat menghasilkan tampakan yang jelas dan dapat diidentifikasi sesuai yang diharapkan (Fahn, 1995).
Proses pembuatan sediaan tulang dengan metode gosok ini tidak terlalu rumit dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan suatu preparat tulang. Namun demikian perlu ketelitian dalam hal ini prosedur kerja sangat menentukan keberhasilan dalam pembuatan preparat tersebut, oleh karena itu prosedur kerja harus dilalui dengan urut dan dengan penuh ketelitian (Djukri, 2009).
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan sediaan tulang dengan metode gosok ini adalah untuk mengenal tahapan-tahapan pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan tulang dengan metode gosok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metode gosok adalah suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin. Metode ini dapat dipakai untuk pembuatan sediaan tulang, dan jaringan keras lainnya dari organ hewan dalam hal ini adalah tulang. Oleh karena itu metode ini dapat diaplikasikan bukan hanya untuk pembuatan preparat hewan tetapi juga untuk preparat tumbuhan yang sifatnya keras (Swenson, 1970).
Metode ini umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan merata. Penggosokan ini dilakukan dengan amplas yang tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang merata disetiap permukaan sediaan. Ketebalan yang tidak merata akan menggangu dalam proses penempelan entelan pada kaca benda akibatnya kaca penutup akan pecah jika permukaannya tidak rata (Fahn, 1995).
Dalam proses ini melewati proses clearing tujuannya adalah untuk menarik dehidran dari dalam jaringan, agar nantinya dapat digantikan oleh molekul parafin. Jenis-jenis media penjernih adalah xilol, benzene, minyak anilin, karbon tetraklorida, karbon bisulfida, minyak kayu cedar, kloroform, minyak cengkeh. Setelah menggunakan xilol atau benzene, pada umumnya jaringan akan menjadi transparan, hal ini menjadi alasan maka proses ini disebut juga penjernihan. Jika dehidrannya alkohol, proses ini juga disebut dealkoholisasi. Lama jaringan berada dalam medium penjernih tergantung pada : Ketebalan serta tingkat kepadatan jaringan, Jenis bahan kimia yang dipakai (Johansen, 1940).
Pada praktikum ini jenis media penjernih yang digunakan adalah xilol. Adapun kelebihan dari xilol adalah umum digunakan, murah, bekerja cepat, membuat jaringan cepat menjadi transparan, cepat menggantikan kedudukan dehidran, cepat digantikan tempatnya oleh parafin dan cepat pula menggantikan kedudukan parafin dalam proses deparafinisasi selama pewarnaan. Namun xilol juga terdapat kekurangan yaitu, dapat menyebabkan pengerutan jaringan yang dibuat, pengkerutan jaringan ini dapat mengakibatkan tidak sempurnannya dalam tahap pengamatan. Waktu yang diperlukan untuk proses ini relatif lama yaitu adalah ½ hingga 3 jam tergantung jenis jaringan yang dibuat. Jika terlalu lama di rendam dalam larutan xilol maka hal tersebut akan menyebabkan jaringan menjadi kering, rapuh, dan getas sehingga hasil akhir dari pembuatan sediaan yang telah jadi tidak akan bertahan lama (Swenson, 1970).

BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 November 2009, bertempat di Laboratorium Dasar FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gergaji besi, kayu, ampelas, gelas objek, gelas penutup, mikroskop.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tulang keras sapi, lem kayu (fox), xilol, entellan, label.

3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut. Tulang dipotong tipis secara melintang dengan menggunakan gergaji besi, potongan tulang itempelkan pada kayu dan dibiarkan sampai kering hingga tulang merekat kuat pada kayu, tulang digosok-gosok dengan menggunakan ampelas yang telah disediakan sampai tipis dan merata, jika telah tipis tulang tersebut dipisahkan dari kayu dengan cara merendamnnya dalam air, tulang diclearing dalam larutan xilol, diletakkan diatas objek gelas kemudian ditetesi entellan dan ditutup dengan kaca penutup dan diberi label, hasil siap diamati dibawah mikroskop.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
NO Preparat Keterangan
1.
Gambar bagian melintang tulang keras
Perbesaran : 40 x 10 Gambar bagian melintang tulang keras kelompok 1.
2.
Gambar bagian melintang tulang keras
Perbesaran : 40 x 10 Gambar bagian melintang tulang keras kelompok 2.
3.
Gambar bagian melintang tulang keras
Perbesaran : 40 x 10 Gambar bagian melintang tulang keras kelompok 3.
4.
Gambar bagian melintang tulang keras
Perbesaran 40 x 10 Gambar bagian melintang tulang keras kelompok 4.

4.2 Pembahasan
Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Di sekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamela-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.
Pembuluh darah dari periostem menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem Havers.

Gambar 1. Penampang melintang tulang keras
Kanalikuli adalah saluran-saluran halus dalam matriks, merupakan tempat uluran sitoplasma osteosit. Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang susunannya tidak teratur disebut lamela intersisial. Lakuna juga terdapat diantara lamela intersisial, lamela tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial dalam.
Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe), Lamela (lempeng tulang yang tersusun konsentris). Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang). Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).

Gambar 2. Penampang melintang tulang keras dan bagiannya
Pada praktikum yang telah dilakukan kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 4 terlihat bagus penampang melintang tulang kerasnya dan sangat terlihat jelas bagian-bagiannya. Sedangkan pada kelompok 3 tidak terlihat jelas bagian dari preparat melintang tulang keras sapi tersebut. Hal ini terjadi mungkin pada saat penipisan bagian tulang tersebut kurang tipis sehingga tidak terlihat dengan jelas bagian melintang tulang keras tersebut. Dan dapat juga disebabkan karena proses clearing (penjernihan) yang waktunya kurang atau kelebihan tentu akan mempengaruhi hasil dari preparat melintang tulang keras tersebut.
Larutan-larutan yang digunakan dalam percobaan ini mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Larutan xylol berfungsi sebagai clearing (penjernihan) preparat agar mudah dilihat bagian sel-selnya dan jaringannya. Lem kayu berfungsi sebagai alat untuk menempelkan tulang keras yang akan dijadikan preparat ke kayu agar mudah diamplas (ditipiskan) potongan melintang tulang tersebut. Amplas berfungsi sebagai penipis dan penghalus bagian melintang tulang keras agar dapat dijadikan preparat.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Teknik pembuatan sediaan dengan metode gosok umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada matriks tulang keras.
2. Metode ini hanya dapat digunakan pada organ yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan merata.
3. Teknik pembuatan sediaan dengan metode gosok ini memerlukan ketelitian yang tinggi dalam penggosokkan agar hasil yang didapatkan maksimal.
4. Preparat melintang pada kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 4 lebih terlihat jelas bagian-bagian selnya daripada preparat melintang kelompok 3.
5. Preparat melintang tulang yang dibuat terlihat bagian-bagian sel yang membentuk jaringan pada tulang tersebut.

5.2 Saran
Perlu diperhatikan pada proses perendaman dalam xilol agar jangan terlalu lama karena hal tersebut akan menyebabkan jaringan menjadi kering, rapuh, dan getas sehingga hasil akhir dari pembuatan sediaan yang telah jadi tidak akan bertahan lama.

DAFTAR PUSTAKA


Dani. 2009. Histologi
http://www.wikipedia/histologi/php.com
Diakses tanggal 01 Desember 2009

Djukri 2009. Pembekalan Berwirausaha Dalam Pembuatan Preparat Awetan
http://www.kuliahbiologi/category/mikroteknik.wordpress.com
Diakses tanggal 01 Desember 2009

Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Bogor: FMIPA I p13.

Johansen, D.A. 1940. Plant Microtechnique. Ist ed. New York: McGraw-Hill Publications in the Botanical Sciences.

Saas. J.E. 1958. Botanical Microrechniques. 3 ed. Ames, iowa: The Iowa State College Press.

Swenson, MJ. 1970. Duke’s Physiology of Domestik Animal. 8th ed. Comstock Pub.